Senin, 08 September 2008

kepada ibu_sebuah puisi

Ibu,

Tadinya kupikir aku mampu memetik banyak bintang

Memeluknya erat dan merangkainya untukmu

Tapi aku hanyalah aku

Mengambang limbung di udara

Sesak kehabisan nafas di lapisan atmosfer

Ibu,

Tadinya kupikir aku mampu melukis pelangi

Mempersembahkan warna terindah di dunia untuk dirimu

Tapi aku hanyalah aku

Nafasku terengah kala memanjat dinding langit

Walau kukuatkan hati, berkeras demimu

Ibu,

Tadinya kupikir aku mampu mengukir pagi

Mengusir malam gelap, menadahi embun untuk kau minum

Tapi aku hanyalah aku

Matahari membakar dan menyilaukanku

Membuatku nyaris terjatuh, akala terbang mendekat

Ibu,

Tadinya kupikir aku mampu mewarnai langit

Memahat bongkahan awan, memberikannya padamu

Tapi aku hanyalah aku

Sayapku terluka dan aku tak mampu terbang

Dan aku terlalu ketakutan untuk kembali melompat ke udara

Ibu,

Tadinya aku ingin memamerkan cakrawala padamu

Menyeberangi batas dunia, terbang bersamamu

Tapi siapalah aku

Hanya mampu terdiam

Saat mimpi terenggut musnah

Ibu,

Tadinya kupikir aku masih punya banyak waktu

Membalas cintamu, wujudkan mimpimu

Tapi aku hanyalah aku

Manusia biasa penurut takdir

Aku bahkan tak punya kuasa

Menghentian kematian yang membawamu pergi

Tidak ada komentar: